Hisashi Ouchi dan Dampak dari Sebuah Insiden Nuklir

Hisashi Ouchi dan Lokasi PLTN Tokaimura
Hisashi Ouchi (kanan) dan lokasi terjadinya tragedi tragis yang merenggut nyawanya (kiri). (detikInet)

Kronologi

Insiden nuklir Tokaimura yang berlatar tempat di negara pimpinan Fumio Kishida pada 30 September 1999 menjadi tragedi nuklir paling tragis di Jepang, tentunya setelah peristiwa ledakan nuklir Fukushima pada tanggal 11 Maret 2011 yang diakibatkan oleh gempa bumi sebesar 9,1 magnitudo, memberikan efek terhadap tewasnya puluhan ribu penduduk.

Puncak kronologi dari kejadian tragis Tokaimura ini terdapat pada saat momen munculnya radiasi gamma dan neutron secara mendadak yang berasal dari reaksi rantai fisi nuklir. Yang mana, kejadian itu terjadi pada saat Hisashi Ouchi beserta dua koleganya sedang melakukan pengisian tangki pengendapan menggunakan ember ketujuh yang menampung larutan uranil nitrat berair. Pada saat itu, Ouchi adalah orang yang berada paling dekat dengan tangki pengendapan, sementara Shinohara sedang berdiri dan Yokokawa tengah duduk di meja setinggi empat meter.

Hisashi Ouchi (35 tahun), Masato Shinohara (39 tahun), dan Yutaka Yokokawa (59 tahun) melakukan aktivitas itu di sebuah fasilitas nuklir yang dikontrol oleh JCO (sebelumnya bernama Japanese Nuclear Fuel Conversion Co.), yang berpusat di Tokai, Prefektur Ibaraki.

Reaksi rantai fisi nuklir itu sendiri merupakan sebuah reaksi pemisahan antara atom dengan inti berat, akibat dari tembakan partikel neutron. Atom yang tertembak akan pecah menjadi dua dengan ukuran yang lebih ringan, disertai dengan sebuah pelepasan energi. Sedangkan gamma merupakan bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik hasil produksi dari, umumnya, sebuah proses nuklir. Sementara neutron adalah sub-partikel atom tak bermuatan yang bersifat netral.

Posisi dari Dua Pekerja Sesaat Sebelum Tragedi
Ilustrasi (kemungkinan) posisi Hisashi Ouchi dan Shinohara saat sedang melakukan pengisian tangki pengendapan. (Intisari Online)

Pada faktanya, ketiga pekerja tersebut menaburkan kandungan yang ada di dalam ember tujuh kali lebih banyak daripada jumlah yang disarankan. Sehingga hal itulah yang kemungkinan besar menjadi penyebab dari munculnya reaksi rantai fisi nuklir yang telah disebutkan sebelumnya.

Mereka melakukan hal tersebut bukan tanpa sengaja. Sebuah deadline yang waktu pengumpulannya sudah sangat dekat sekali yang diberikan oleh atasan mereka beserta kurangnya pengalaman di bidang terkait menjadi awal dari kesalahan itu.

Di saat di mana tangki pengendapan mencapai titik kritis, kilatan biru muncul diiringi dengan hadirnya alarm yang memberikan pertanda bahwa suatu partikel gamma telah meledak. Pada dasarnya, kecelakaan tersebut tidak mengakibatkan ledakan dahsyat sebagaimana layaknya ledakan nuklir Fukushima, tetapi tetap menjadi salah satu kecelakaan nuklir paling tragis di dunia.

Akibat kecelakaan fatal itu, Yokokawa menerima radiasi senilai tiga sieverts, Shinohara memperoleh nilai 10 sieverts, dan Ouchi menjadi yang terparah dengan gapaian 17 sieverts. Yang mana, manusia umumnya secara alamiah hanya akan mendapatkan kisaran dua milisieverts per tahunnya.

Dengan catatan tersebut, Ouchi digadang-gadang menjadi manusia yang 'berhasil' menerima dosis radiasi paling besar sepanjang sejarah. Bahkan, beberapa orang menganggap bahwa nilai 17 sieverts yang diterima Ouchi dapat bersanding dengan nilai radioaktif yang dipaparkan oleh bom atom Hiroshima.

Lokasi Utama Terjadinya Kebocoran Radiasi Tokaimura
Lokasi kecelakaan yang menimpa Ouchi dan dua koleganya. (I Can't Believe It's NonFiction)

Dampak

Ouchi sebagai penerima radiasi paling besar dibadingkan kolega-koleganya, tentu saja membuat dirinya mendapatkan rasa sakit yang paling serius. Tubuhnya mengalami luka bakar yang cukup parah, atau mungkin sangat parah. Tetapi untungnya, Ouchi bersama Shinohara dan Yokokawa masih bisa diselamatkan hidup-hidup. Meski begitu, Ouchi terkadang merasa mual dan kesulitan bernafas, serta sesekali hilang kesadaran.

Selanjutnya, Ouchi mengalami peristiwa-peristiwa yang mulai memperparah kondisinya, seperti kromosomnya yang perlahan hancur dan proses di mana jumlah sel darah putihnya mulai menurun, dengan populasinya itu hampir mendekati nilai nol. Organ dalam Ouchi juga mengalami kerusakan yang masif. Penulis situs Mysmumn mengungkapkan bahwa radiasi tersebut benar-benar menghancurkan tubuh Ouchi, termasuk itu deoxyribonucleic acid (DNA) dan sistem kekebalannya.

Semakin waktu berjalan, kondisi kesehatannya tidak juga membaik. Hingga Ouchi pun pada akhirnya dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Universitas Tokyo. Konon katanya, di sanalah Ouchi menjadi orang pertama di dunia yang menjalani transfusi sel induk perifer. Transfusi darah dan cairan serta penggunaan obat-obatan yang langka di Jepang juga turut diperoleh Ouchi. Beberapa waktu kemudian, sejumlah aktivitas transplantasi kulit pun dilaksanakan, yang mana itu berdampak kepada cairan di kulit Ouchi yang tidak bisa menghilang melalui pori-pori.

"Saya tidak tahan lagi... saya bukan kelinci percobaan," ungkap Ouchi setelah seminggu dirawat. Ouchi memberikan penjelasan menyedihkan tersebut karena ia sudah merasa tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang diderita. Bantuan para pekerja medis kiranya hanya akan membuat rasa sakit itu bertahan lebih lama lagi.

Sayangnya, para dokter terlihat seperti tak mengindahkan permintaan Ouchi yang sudah putus asa tersebut. Mereka terus merawatnya dan mengambil tindakan untuk membuatnya tetap hidup. Yang mana, itu tentu akan terasa menyakitkan karena Ouchi harus menahan rasa sakit yang lebih lama lagi.

Sosok Hisashi Ouchi dengan Tubuhnya yang Rusak
Foto Ouchi yang sangat terkenal di media maya. (I Can't Believe It's NonFiction)

Keadaan terus berlanjut. Ouchi masih tetap hidup berkat perawatan para dokter-dokter rumah sakit. Hingga di mana, pada tanggal 27 November di tahun yang sama, jantung Ouchi mengalami kegagalan yang berlangsung selama 70 menit. Tetapi, para dokter yang bertugas berhasil membuat jantung tersebut kembali bekerja, namun sepertinya itu malah membuat organ tersebut menjadi kewalahan.

Beberapa minggu kemudian, di bulan selanjutnya, 21 Desember, Ouchi akhirnya meregang nyawa sesuai apa yang dia inginkan. Hal ini terjadi diakibatkan oleh jantungnya yang kembali tak bekerja. Kali ini, para dokter tidak melakukan penanganan apapun, berbeda seperti momen sebelumnya, atas dasar permintaan anggota keluarga Ouchi yang tidak ingin Ouchi terus merasa sakit.

Sementara itu, Shinohara, kolega Ouchi yang menerima radiasi sejumlah 10 sieverts, juga menyusul Ouchi setelah berjuang tujuh bulan di rumah sakit yang sama. Shinohara meninggal dunia diakibatkan oleh kegagalan organ paru-paru dan hatinya. Beliau meninggal pada 27 April, 2000.

Yokokawa sebagai penerima sieverts terendah, yaitu hanya senilai 3 sieverts saja, berhasil sembuh setelah dirawat selama enam bulan di rumah sakit. Meski begitu, dirinya ditahan bersama dengan enam orang lainnya setahun kemudian pasca tragedi kelam tersebut, atas tuduhan kelalaian. Yokokawa mengaku bahwa ia lupa, atau bisa dibilang tidak waspada atas bahaya yang dapat terjadi saat sedang bekerja. Dengan kejujurannya, Yokokawa mengaku bersalah.

Daftar Pustaka

Komentar