Insiden Nuklir Fukushima yang Mengguncang Jepang

Tsunami Tohoku yang Mengacaukan Jepang
Dampak dari tsunami Tōhoku. (japan-guide.com)

Kronologi

Dilansir dari Kompas.com, tragedi berawal di tanggal 11 Maret 2011, pukul 14.46 siang. Pada waktu itu, sebuah gempa berkekuatan hingga 9,1 magnitudo menimpa Jepang. Gempa bumi tersebut terjadi pada posisi sejauh 43 mil dari lepas pantai timur laut Honshu, dan gempa (termasuk bencana yang diakibatkannya) yang dinamai sebagai Tōhoku ini digadang-gadang menjadi gempa dengan kekuatan terbesar di Jepang, serta menjadi salah satu dari lima gempa bumi terkuat di dunia.

Titik Terjadinya Gempa Bumi di Jepang Tahun 2011
Lokasi terjadinya gempa Tōhoku. (WIRED)

Masih dilansir dari situs yang sama dan juga menurut situs Mimir, Honshu sendiri merupakan pulau terpadat di Jepang dengan jumlah populasi sebanyak 103 juta jiwa pada tahun 2005 dan memiliki luas 227.962 kilometer persegiHonshu ialah pulau terpadat kedua di dunia setelah Pulau Jawa di Indonesia. Pulau Honshu berlokasi di selatan Hokkaido dan di Selat Tsugaru, selat penghubung Laut Jepang dengan Samudra Pasifik.

Dikutip dari situs Tempo.co, gempa bumi Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan 250 ribu korban di 11 negara memiliki kekuatan senilai 9 magnitudo. Dengan catatan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komparasi antara kekuatan gempa terbesar di Jepang dan gempa terbesar di (khususnya) Indonesia, hanya berbeda tipis saja. Tetapi, untuk korban jiwa, jika hanya dihitung tanpa memasukkan korban tragedi nuklir Fukushima, maka terdapat lebih dari 18 ribu orang yang meninggal dunia akibat dari keganasan bencana Tōhoku.

Seperti yang sudah bisa dikira, akibat dari gempa parah yang menimpa Jepang itu, terjangan gelombang tsunami muncul dengan hebatnya. Dilansir dari Wikipedia, dengan tinggi hingga 10 meter atau 33 kaki, arus deras tsunami membuat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi menjadi salah satu korbannya. Hasil penulisan pihak Kompas.com mengatakan bahwa terjangan pertama dari 'ombak besar' tersebut berhasil dihalang oleh tembok penghadang PLTN Fukushima Daiichi, yang letaknya berada cukup dekat dengan perairan.

Penulis Kompas.com menuliskan, bahwa sebelumnya, sistem yang terintegrasi di PLTN tersebut telah dengan baik mendeteksi bahwa lokasi PLTN sedang dilanda musibah gempa bumi. Berjalannya dengan lancar sistem tersebut membuat PLTN secara otomatis mematikan aktivitas kerja dari tiga reaktor nuklir air mendidih yang dibuat oleh General Electric (GE) dan diawasi oleh Tokyo Electric Power Company, yang biasa disingkat TEPCO.

Yang kurang diketahui oleh masyarakat umum di luar Jepang adalah fakta bahwa PLTN Fukushima Daiichi bukanlah menjadi satu-satunya fasilitas yang 'remuk' dilahap bencana. Di samping itu, ada Bandara Sendai yang turut menjadi korban keganasan tsunami Tōhoku 2011.

Potret Udara dari Bandara di Jepang yang Rusak Akibat Tsunami
Bandar Udara Sendai yang terletak di Sendai, Jepang. (Wikipedia)

Beberapa saat berlalu. Gelombang tsunami yang kedua, dengan ketinggian yang lebih bila dibandingkan dengan gelombang sebelumnya, muncul dan dengan lekas saja menembus tembok penghadang, membuat kekacauan terjadi secara mendadak.

Pemerintah Jepang dengan sigap mengeluarkan perintah evakuasi penduduk yang menetap dalam radius tiga kilometer dihitung dari lokasi PLTN Fukushima Daiichi. Kemudian, yang selanjutnya terjadi ialah keberhasilan pihak PLTN dalam menutup tiga reaktor nuklir yang tengah beroperasi, sementara tiga reaktor sisanya sudah sedari awal tidak beroperasi akibat dari aktivitas reparasi yang sedang berjalan. Kesuksesan ini sudah sempat disinggung di beberapa paragraf sebelumnya.

Suasana menggembirakan tersebut tidak benar-benar dirasakan dampaknya, karena daya cadangan dan sistem pendingin dari tiga reaktor itu gagal dinonaktifkan. Hal itu memberikan dampak terhadap melelehnya batangan bahan bakar di ketiga reaktor, akibat dari sisa panas yang menyebar dengan masif.

Satu hari kemudian, pada tanggal 12 Maret 2011, reaktor nomor satu meledak dengan dahsyatnya, dilanjut dengan reaktor nomor tiga pada dua hari setelahnya. Dampak dari ledakan tersebut salah satunya ialah meluasnya zona evakuasi hingga radius 20 kilometer. Jika dihitung melalui situs KM From Home, maka jarak 20 kilometer tersebut setara dengan jarak dari Tangerang Selatan hingga Monas yang terletak di pusat Jakarta.

Berbagai jenis zat kimia dan radioaktif 'terlepas' dengan mudahnya. Kompas.com mewartakan bahwa bahkan, terdapat bangunan yang rusak akibat adanya zat kimia berbahaya yang bocor. Sementara itu, zat radioaktif yang merupakan senyawa berbahaya bagi makhluk hidup diberitakan telah merusak area atmosfer Bumi dan mengontaminasi Samudra Pasifik.

Syukurnya, tidak ada korban jiwa saat bencana nuklir tersebut terjadi. 16 pekerja terhitung mengalami luka-luka karena ledakan, dengan beberapa pekerja lainnya mendapatkan paparan radiasi berbahaya saat berusaha melakukan 'pengamanan' terhadap PLTN tersebut.

Meski begitu, pada 2018, satu orang pekerja yang bertugas mengukur radiasi di pabrik meninggal dunia karena kanker paru-paru. Sementara itu, terdapat sekitar dua ribu orang tewas yang didasarkan pada kematian yang terkait dengan bencana Tohoku.

Wikipedia menuturkan bahwa pada saat kejadian, orang yang memperoleh cedera tidak fatal terdiri dari enam orang (menderita kanker atau leukimia), 37 orang menderita luka fisik, dan  dua pekerja dilarikan ke rumah sakit akibat dari luka bakar oleh radiasi.

Disalin dari Kompas.com, bahwasanya bencana Fukushima dikategorikan sebagai bencana level tujuh oleh IAEA, alias International Atomic Energy Agency, yang merupakan badan pengawas atom internasional. Level tersebut merupakan level tertinggi yang bisa diberikan terhadap sebuah tragedi nuklir.

Kanal YouTube The Infographic Show melalui video yang diunggah pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa hingga delapan tahun kemudian, sekitar 50 ribu keluarga masih dievakuasi. Terdapat juga larangan mengonsumsi ikan serta sayuran yang didapat dari sekitar lokasi bencana nuklir Fukushima Daiichi. Kegiatan pelarangan besar-besaran tersebut tetap berlanjut bertahun-tahun untuk memproteksi masyarakat sekitar dari radiasi yang tersisa.

Dampak yang Masih Terus Ada

Dikutip dari Liputan6.com, banyak orang yang khawatir bila proses pembersihan area terkontaminasi nuklir akan memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Kekhawatiran tersebut menjadi lebih buruk setelah para ahli memberitahukan bahwa waktu yang diperlukan untuk pembersihan bisa lebih lama daripada yang dapat dibayangkan.

Perkiraan pada tahun 2018, sesuai dengan catatan waktu rilisnya artikel yang dikutip, area 'terlarang' tersebut baru bisa bersih dari radiasi nuklir dalam durasi empat dekade, alias 40 tahun lamanya. Situs yang sama menuliskan bahwa pemerintah Jepang masih 'linglung' dalam memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap lebih dari satu juta air radioaktif yang tersebar merata di sekitar lokasi PLTN Fukushima Daiichi, yang hingga kini telah lumpuh tak beroperasi.

Beberapa hari setelah perayaan tujuh tahun bencana tersebut, TEPCO, yang sudah disinggung sebelumnya, mengungkapkan bahwa pihaknya telah sukses memperlambat laju air yang terkontaminasi. "Beberapa tahun lalu, air radioaktif meningkat (menjadi) 400 ton per hari, namun kenaikan per hari kini telah turun menjadi sekitar 100 ton per hari," ujar Naohiro Masuda, perwakilan dari TEPCO, sebagaimana yang diwartakan oleh Liputan6.com.

Ada lebih dari seribu tangki yang menampung air terkontaminasi, dan pemerintah belum memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya dengan tangki air itu. Tetapi, beberapa ahli telah mendesak untuk membuang air tersebut ke Samudra Pasifik terdekat, dan aktivitas itu inginnya dilakukan secara bertahap.

Opsi tersebut mereka ajukan karena menurut mereka, penanganan itu dapat dianggap aman karena materi tritium, yang merupakan isotop radiaoaktif dari hidrogen, akan berada dalam jumlah kecil yang tidak membahayakan.

Tentu saja, nelayan lokal tidak menyetujui ide tersebut dengan alasan yang didasari oleh kemungkinan memburuknya reputasi dari produk mereka.

Jepretan di PLTN Fukushima
Robot bawah laut memperlihatkan sebagian kecil area yang rusak di PLTN Fukushima Daiichi. (Liputan6.com)

Komentar