Bir yang Membanjiri London pada Abad ke-18

Lukisan yang Mengabadikan Lokasi Bangunan dari Perusahaan Horse Shoe Brewery
Lukisan yang menggambarkan suasana dari bangunan perusahaan bir Horse Shoe Brewery pada tahun 1830. (The History Press)

Apa yang Terjadi di Sana?

Berdasarkan Wikipedia, London Beer Flood atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Banjir Bir London, merupakan sebuah insiden di tanggal 17 Oktober 1814 yang terjadi di Meux & Co's Horse Shoe Brewery, yang merupakan sebuah tempat pembuatan bir di Westminster, London, Inggris, yang didirikan pada tahun 1764. Peristiwa naas yang terjadi merupakan tragedi ledakan dari salah satu tong kayu yang berisi porter terfermentasi setinggi 6,7 meter. Porter itu sendiri merupakan tipe bir yang dikembangkan di London, Inggris pada awal abad ke-18.

Tekanan dari cairan yang keluar, mencopot katup tong lain dan kemudian menghancurkan beberapa barel bir besar. Wikipedia menuturkan bahwa total jumlah bir yang menyembur keluar berada di kisaran volume 580 ribu hingga 1,4 juta liter. Hasilnya, gelombang bir yang lalu terjadi, menghancurkan dinding bagian belakang tempat pembuatan bir dan membawa puing-puing dinding tersebut hingga ke daerah pemukiman kumuh bernama Rookery St. Giles. Kata "rookery" menyangkut kepada istilah sehari-hari pada abad ke-18 dan 19 yang ditujukan terhadap daerah kumuh yang ditempati oleh orang-orang miskin, penjahat, atau pelacur.

Berkat gelombang setinggi paling tidak 15 meter tersebut, delapan orang dinyatakan tewas dan lima di antaranya merupakan pelayat di seremoni wake yang sedang diadakan oleh keluarga asal Irlandia untuk seorang anak laki-laki berusia dua tahun. Wake merupakan pertemuan sosial yang terkait dengan kematian dan biasanya diadakan sebelum pemakaman.

Akibat dari tragedi banjir bir ini, Meux & Co's Horse Shoe Brewery hampir mengalami kebangkrutan, meski pada akhirnya justru mengalami pembubaran di tahun 1961. Di samping itu, insiden berdampak terhadap industri pembuatan bir yang secara bertahap mulai berhenti menggunakan tong kayu besar sebagai tangki penyimpanan bir dan diganti dengan sistem penyimpanan yang lain: bejana beton berjajar.

40 tahun sebelum Meux & Co's Horse Shoe Brewery mengalami pembubaran, pabrik tersebut mengalami perpindahan lokasi pembuatan bir dan Teater Dominion kini berdiri di atas tanah yang dulu sempat 'diduduki' oleh Meux & Co's Horse Shoe Brewery.

Kronologi

Semuanya bermula pada pukul 16.30 sore, di tanggal 17 Oktober 1814. Kala itu, George Crick yang merupakan pegawai gudang Meux, mengetahui bahwa terdapat salah satu pita besi seberat 320 kilogram di sekitar tong penyimpanan yang terlepas. Tong setinggi 6,7 meter tersebut saat itu menampung lebih dari 581 ribu liter porter berusia sepuluh bulan dengan berat sekitar 33 ton.

Sebelumnya, pita dengan kegunaan yang sama pernah terlepas dari tong dua atau tiga kali setahun, namun Crick tidak peduli setelah ia melapor kepada atasannya karena balasannya hanyalah: "Tidak ada bahaya apa pun yang akan terjadi." Oleh karena itu, Crick hanya diminta untuk menulis catatan permintaan perbaikan kepada Tuan Young, yang merupakan mitra pabrik.

Satu jam setelah pita tersebut lepas, sebuah tong mengalami ledakan mendadak kala George Crick tengah berdiri di atas platform setinggi 9,1 meter sembari memegang catatan yang ditujukan kepada Tuan Young.

Seperti yang diketahui, kekuatan dari cairan bir yang terlepas membuat katup penutup tong lain menjadi tercopot, sehingga tong-tong tersebut ikut mengeluarkan bir yang sedang ditampung dan itu membuat terdapat sekitar lebih dari 581 ribu hingga lebih dari 1,4 juta liter bir terhempas bersamaan, sehingga dengan cepat membanjiri area di sekitarnya.

Pada paragraf sebelum-sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kekuatan gelombang bir tersebut membuat dinding belakang pabrik dengan tinggi 7,6 meter dan tebal sekitar 2,5 unit batu bata menjadi hancur tak tersisa. Beberapa dari bata tersebut terlempar ke langit, lalu jatuh di atas rumah-rumah di dekat Jalan Russell Raya, yang kini identik sebagai lokasi dari Museum Inggris, yang didedikasikan untuk sejarah manusia dan seni budaya.

Gelombang porter setinggi 4,6 meter menyapu Jalan Baru, dan itu menghancurkan dua rumah serta membuat dua rumah lainnya rusak berat. Di salah satu rumah, seorang gadis berusia empat tahun bernama Hannah Bamfield sedang menikmati secangkir teh bersama ibu dan saudara kandungnya yang lain. Gelombang bir menyapu sang ibu dan anak kedua ke jalanan, sementara Bamfield sayangnya tewas.

Di rumah kedua yang hancur, sebuah wake sedang diadakan dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya: wake tersebut diadakan oleh keluarga Irlandia untuk seorang anak laki-laki berusia dua tahun, yang bernama Anne Saville. Ibu dari anak tersebut dan empat pelayat lainnya tewas mengenaskan.

Eleanor Cooper yang merupakan seorang pemungut cukai Tavistock Arms di Jalan Russell Raya berusia 14 tahun, meninggal akibat terkubur di bawah reruntuhan dinding bangunan pabrik saat sedang mencuci pot di halaman pub, yang merupakan tempat menikmati minuman dengan arsitektur bergaya Inggris.

Anak lainnya yang bernama Sarah Bates ditemukan tewas di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Baru. Tanah di sekitar bangunan itu merupakan tanah rendah.

Dengan drainase yang tidak memadai, gelombang bir mengalir ke sejumlah ruang bawah tanah yang sebagian besar di antaranya berpenghuni dan itu membuat penghuninya terpaksa memanjat furnitur agar mereka tidak tenggelam.

Semua orang di pabrik pembuatan bir dinyatakan selamat, meskipun tiga pekerja sempat tertimbun puing-puing reruntuhan. Orang yang berprofesi sebagai pengawas dan salah satu pekerja dibawa ke Rumah Sakit Middlesex, bersama dengan tiga pekerja yang sebelumnya telah diceritakan.

Menurut Wikipedia, daerah di sekitar bagian belakang tempat pembuatan bir menunjukkan peristiwa kehancuran yang memperlihatkan hal paling mengerikan, yang setara dengan dampak dari insiden kebakaran atau gempa bumi.

Setelah bencana mereda, penjaga pabrik bir meminta orang-orang untuk melihat sisa-sisa tong penyimpanan bir yang telah hancur dan itu membuat beberapa ratus orang datang ke tempat tersebut untuk melihat-lihat keadaan. Di samping itu, para pelayat yang terbunuh mendapatkan seremoni wake mereka sendiri di sebuah rumah umum bernama The Ship, yang terletak di Jalan Bainbridge. Sementara itu, korban tewas lainnya dibaringkan di halaman yang dirasa paling dekat oleh keluarga mereka masing-masing. Masyarakat datang karena rasa penasaran, lalu mereka menyumbangkan uang untuk membantu biaya pemakaman para korban tewas.

Sejarawan pembuatan bir bernama Martyn Cornell menyatakan bahwa surat kabar pada waktu itu tidak mewartakan tentang peristiwa yang terjadi di kemudian hari: pesta pora dan bahkan kematian. Sebaliknya, surat kabar memberitakan bahwa orang-orang banyak berperilaku baik. Meski begitu, faktanya, terdapat ratusan orang yang mengumpulkan bir dan terjadi mabuk massal serta kematian akibat keracunan alkohol.

Lukisan yang Menggambarkan Kerumunan Masyarakat Dihantam oleh Gelombang Bir
Ukiran tentang banjir bir yang menghantam kerumunan warga. (Margo Letsz - The Curious Rambler)

Proses dan Hasil Pemeriksaan

Coroner's inquest (pencet ini untuk penjelasan tentang coroner, atau ini untuk inquest), atau dapat lebih mudah dianggap sebagai suatu pemeriksaan, diadakan di Rumah Kerja Paroki St. Giles pada 19 Oktober 1814, dengan George Hodgson bertugas sebagai pengawas proses. Kata "rumah kerja" menyangkut kepada institusi total (tempat kerja dan tempat tinggal untuk sejumlah besar orang yang berada di dalam posisi yang sama), di mana mereka yang tidak mampu menghidupi diri sendiri secara finansial ditawari akomodasi dan pekerjaan. Sementar kata "paroki" merupakan istilah yang ditujukan untuk persekutuan umat Kristiani yang terorganisir secara hierarki (tersusun sesuai kualitas tingkatan).

Hodgson membawa juri ke tempat kejadian dan mereka menyempatkan diri untuk melihat tempat pembuatan bir beserta korban tewas yang masih belum dievakuasi, sebelum pada akhirnya kegiatan dilanjutkan dengan proses pengambilan bukti dari saksi, salah satu yang pertama adalah George Crick, yang telah sepenuhnya melihat peristiwa itu terjadi, dengan catatan bahwa saudara kandungnya adalah salah satu korban luka-luka di tempat pembuatan bir. Sosok George Crick pernah diceritakan di beberapa paragraf sebelumnya.

Sesuai fakta yang terjadi, Crick melaporkan bahwa pita di tong penyimpanan bir gagal tiga atau empat kali dalam setahun, tetapi sebelumnya tidak mengakibatkan masalah. Laporan juga didapat dari Richard Hawse, yang merupakan pemilik dari Tavistock Arms, yang pelayan barnya tewas akibat gelombang bir pembawa petaka tersebut.

Terdapat laporan tambahan yang terdengar dari beberapa orang lainnya dan dengan itu, juri memberikan vonis bahwa kedelapan orang korban tewas telah kehilangan nyawa mereka secara tidak sengaja dan karena kemalangan.

Di luar semua itu, Wikipedia memiliki identitas terkait dengan korban tewas akibat London Beer Flood 1814. Catatan menyebutkan bahwa korban tewas termuda berumur tepat tiga tahun, sementara yang tertua berumur 65 tahun. Rinciannya adalah:
  1. Eleanor Cooper (14 tahun).
  2. Mary Mulvey (30 tahun).
  3. Thomas Murry (3 tahun) yang merupakan anak dari Mary Mulvey.
  4. Hannah Bamfield (4 tahun 4 bulan).
  5. Sarah Bates (3 tahun 5 bulan).
  6. Ann Saville (60 tahun).
  7. Elizabeth Smith (27 tahun).
  8. Catherine Butler (65 tahun).

Karena pemeriksaan memberikan keputusan yang tidak membebani, pihak Meux & Co tidak perlu membayar kompensasi. Namun demikian, tragedi banjir tersebut mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan hingga senilai 23 ribu pounds yang setara dengan lebih dari 440 juta rupiah di masa kini. Syukurnya, petisi pribadi yang dikirimkan ke Parlemen membuat mereka bisa memulihkan 7.250 pounds dari HM Excise dan itu menyelamatkan mereka dari kebangkrutan.

Gambar yang Menunjukkan Aktivias Sehari-hari di St. Giles
Keseharian di St. Giles, di tahun sebelum terjadinya banjir. (The History Press)

Daftar Pustaka

Komentar