Memahami Pakaian Dalam

Sekumpulan Pria Berpakaian Dalam
Pakaian dalam tidak hanya sekadar tentang kain yang menutupi sejumlah area. (Pexels)

Pengertian

Sebagaimana yang telah semuanya ketahui dan juga berdasarkan Wikipedia, pakaian dalam adalah sebuah kategori pakaian yang pada umumnya dipakai sebelum mengenakan pakaian luar. Pakaian dalam biasanya bersentuhan langsung dengan kulit, meskipun dapat terdiri lebih dari satu lapis.

Pakaian dalam berfungsi untuk menjaga pakaian luar agar tidak kotor atau rusak oleh sistem ekskresi tubuh, sebuah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme (senyawa yang bersifat beracun) yang sudah tidak berguna lagi untuk tubuh. Pakaian dalam juga berfungsi untuk mengurangi gesekan pakaian luar dengan kulit, untuk membentuk tubuh, dan untuk menutupi atau menopang bagian-bagian dari tubuh tersebut.

Dilansir dari Tokopedia, pakaian dalam terbagi menjadi beberapa jenis dan dikategorikan berdasarkan jenis kelamin penggunanya. Untuk wanita, beberapa jenis pakaian dalam yang bisa digunakan terdiri dari:
  1. Lingerie, sebuah jenis pakaian dalam tipis yang beberapa di antaranya itu transparan. Lingerie bisa dibuat menggunakan berbagai variasi kain ringan dan tipis, seperti: sutra, lace, satin, dan renda. Jenis pakaian dalam yang satu ini hadir dalam beberapa varian dan kerap kali digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis.
  2. High waist panties, jenis pakaian dalam yang berbentuk seperti celana dalam biasa yang ketat namun memiliki ukuran yang cukup panjang hingga menutupi area perut. Tinggi high waist panties biasanya berukuran di antara 15 hingga 20 sentimeter dan cocok digunakan oleh wanita yang memiliki bentuk badan 'melengkung'.
  3. Classic thong, satu jenis pakaian dalam wanita yang terbuat dari serat mikro Eropa yang mewah. Dibuat dengan tanpa menghasilkan karet di tepi potongannya, celana dalam ini nyaman digunakan ketika memakai gaun atau saat mengenakan celana ketat karena bagus untuk meminimalisir timbulnya garis celana dalam.
  4. Top shorts, jenis pakaian dalam wanita yang biasa dipakai sehari-hari. Biasanya top shorts digunakan dalam keadaan sedang bersantai di rumah, namun jenis ini bisa juga digunakan sebagai pakaian dalam saat memakai rok atau gaun.
  5. Shapewear. Untuk yang satu ini, merupakan pakain dalam sangat ketat yang cocok dikenakan sebelum memakai baju atau gaun yang cukup ketat. Bentuk shapewear beragam, bisa berbentuk celana pendek ataupun legging untuk menyesuaikan area tertentu.

Sementara untuk pria, mengutip dari kumparan.com, beberapa jenis pakaian dalam yang dibuat khusus untuk pria dengan berbagai kegunaan terdiri dari:
  1. Brief, yaitu sebuah jenis celana dalam berbentuk segitiga yang menutupi area depan hingga bokong, tetapi tidak menutupi area paha. Biasa digunakan sehari-hari karena kenyamanan yang diberikan, brief hadir dalam tiga varian low brief, medium brief, dan high-rise brief.
  2. Boxer brief, yang merupakan celana dalam yang menutupi setengah area paha, mirip seperti celana pendek ketat. Celana dalam yang nyaman dikenakan oleh seorang atlet ini memiliki sejarah yang unik, karena dikenalkan oleh Calvin Klein, sebuah rumah mode terkenal asal Amerika Serikat, di tahun 1992 silam melalui penggunaan rapper bernama Marky Mark. Mark itu sendiri bernama asli Mark Robert Michael Wahlberg, yang juga merupakan seorang pencipta lagu, aktor, produser, pebisnis, dan model terkenal. Salah satu film terbesar yang pernah dibintangi Wahlberg adalah Transformers: Age of Extinction.
  3. Boxer short, satu jenis celana dalam yang cukup populer di kalangan pria di tahun 1920-an. Celana dalam ini didesain oleh Jacob Golomb dengan penggunaan karet pinggang agar pria bisa bergerak lebih leluasa saat sedang menggunakannya. Setidaknya setelah 1985, boxer short masih sering digunakan oleh para kalangan muda.
  4. Trunks, merupakan perpaduan antara brief dan boxer brief. Celana dalam jenis ini berbentuk mirip dengan brief, tetapi terdapat tambahan material yang menutupi sedikit area paha dan bagian bawah bokong. Trunks yang fleksibel membuat pria lebih nyaman saat mengenakannya. Sama seperti boxer brief, celana dalam ini dipopulerkan oleh Calvin Klein pada tahun 1999 yang lalu.
  5. Jockstrap, salah satu dari sekian banyak pakaian dalam yang memiliki bentuk unik dan berbeda dibandingkan pakaian dalam lainnya. Celana dalam jockstrap dirancang khusus untuk para atlet pria demi melindungi 'masa depan' mereka. Memiliki karet pinggang elastis dengan bagian depan didesain kokoh untuk membentengi alat vital pria, jockstrap tidak memiliki material di bagian belakangnya sehingga tidak menutupi bokong. Dikatakan oleh kumparan.com bahwasanya para atlet sepak bola dan atlet bela diri banyak yang menggunakan jockstrap saat berolahraga.

Sesi Pemotretan untuk Wanita Berpakaian Dalam
Ilustrasi sesi pemotretan seorang pria dan wanita dengan pakaian dalamnya. (Pexels)

Selain sejumlah pakaian dalam berbentuk lazim yang telah dijelaskan sebelumnya, ada juga pakaian dalam yang memiliki bentuk tidak seperti umumnya. Berdasarkan Djawanews.com, salah duanya adalah celana dalam model half thong dan celana dalam pinocchio. Kedua celana dalam tersebut dibuat untuk jenis kelamin laki-laki.

Untuk celana dalam half thong, jenis pakaian dalam ini menggunakan bentuk asimetris atau yang biasa disebut sebagai C-shape G-string. Celana dalam half thong mirip seperti G-string karena juga diselipkan di area vital dan tidak menutupi area-area yang pada biasa ditutupi oleh celana dalam jenis lain. "Saat mengenakannya, Anda akan terlihat lucu oleh pasangan," ujar Puspita Susanti selaku kontributor di Djawanews.com.

Sementara untuk celana dalam pinocchio, ini merupakan celana dalam yang bentuk keseluruhannya kurang lebih sama seperti celana dalam pria pada umumnya. Yang membedakan hanyalah kehadiran sebuah kain panjang di area depan yang berfungsi untuk 'menyembunyikan' alat vital pria. Celana dalam pinocchio biasanya diberi aksesoris mata hewan karena bentuk kain panjang di area depan mirip seperti hidung hewan. celana dalam pinocchio memiliki dua kategori berbeda, yakni: mesh pinocchio T-back dan pinocchio bikini.

Industri Pakaian Dalam

Sekumpulan Wanita Berpakaian Dalam sedang Berpose
Sekumpulan wanita sedang berpose dengan pakaian dalam mereka masing-masing. (Pexels)

Berdasarkan ReportLinker, sebuah perusahaan teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk kegunaan bisnis, industri pakaian dalam global saat ini diperkirakan bernilai lebih dari 30 miliar dolar. Pasar yang ada meliputi berbagai jenis pakaian dalam dan pakaian intim, dengan catatan bahwa bra menguasai lebih dari 50 persen pasar, celana dalam menguasai sekitar 33 persen, dan korset menguasai lebih dari 10 persen. Gaya, tren berpakaian yang berkembang, dan faktor-faktor seperti inovasi serta kenyamanan adalah pendorong utama dari kemajuan industri pakaian dalam.

Sebagaimana yang dikatakan oleh ReportLinker, bahwa salah satu perubahan besar yang terjadi di dalam industri pakaian dalam dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya ada pada penggunaan pakaian dalam yang mulai dikenakan sebagai pakaian luar.

Industri pakaian dalam saat ini diinformasikan sedang menghadapi tantangan serius, seperti salah satunya adalah tren peningkatan produksi outsourcing ke negara-negara yang berbiaya murah. Outsourcing itu sendiri merupakan aktivitas penggunaan tenaga kerja dari pihak ketiga untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu di dalam perusahaan. Meskipun pakaian dalam terkesan barang yang remeh-temeh, tetapi pasarnya memiliki persaingan yang ketat.

Populasi yang menua di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) memperlambat gerak pertumbuhan pasar. Oleh karena itu, potensi pertumbuhan industri pakaian dalam lebih banyak terletak di negara-negara berkembang karena tingkat pendapatan masyarakat yang merangkak naik, tren berpakaian Barat, jumlah populasi muda yang lebih besar, dan meningkatnya standar hidup. Konsumen pakaian dalam cenderung melakukan pembelian secara impulsif (bertindak berdasarkan perasaan), karena mereka lebih menyukai faktor selain kebutuhan hidup, seperti contohnya: gaya.

Pasar pakaian tidur dan pakaian dalam rajut diperkirakan telah melebihi angka 70 miliar dolar sejak tahun 2015. Faktor-faktor yang mendorong kenaikan nilai pasar terdiri dari: meningkatnya nilai pendapatkan yang dapat dibelanjakan, inovasi kain, dan gaya baru yang lebih bervariasi. Eropa adalah pasar terdepan untuk produk-produk jenis ini, dengan barisan selanjutnya diisi oleh AS dan Asia-Pasifik. Permintaan ukuran plus meningkat di pasar Barat dibarengi dengan permintaan normal untuk pakaian intim yang mulus.

"Pakaian tidur dan pakaian dalam rajut mengalami (atau mungkin: mengatasi) resesi ekonomi dengan lebih baik daripada segmen pasar lainnya, karena dua barang tersebut lebih dibutuhkan daripada yang lain," ungkap penulis ReportLinker untuk artikelnya yang berjudul "Underwear Industry Overview: Get the Latest Lingerie Statistics & Trends". Tentang resesi ekonomi, itu adalah kondisi penurunan Produk Domestik Bruto atau PDB (jumlah produksi barang atau jasa yang sudah dihasilkan oleh unit produksi di suatu kawasan pada periode tertentu) di suatu negara yang berlangsung selama lebih dari dua kuartal (Januari hingga Juni) dalam setahun, sehingga pertumbuhan ekonomi negara menjadi bernilai negatif.

Pasar hosiery (suatu bahan ketat yang digunakan untuk kaki) diperkirakan telah melampaui angka 20 miliar dolar sejak tahun 2015. Hosiery yang dimaksud mencakup beberapa produk termasuk itu celana ketat, kaus kaki, legging, dan pantyhose (kain tipis yang digunakan untuk menutupi area dari pinggang hingga kaki). Terjadi perubahan dalam penggunaan mesin produksi yang kemudian menghasilkan peningkatan produktivitas, dengan mesin rajut elektronik menggantikan mesin rajut mekanis.

Pasar pakaian dalam AS telah berkembang dengan baik selama dua dekade terakhir, yang sebagian di antaranya didorong oleh kampanye promosi Victoria's Secret, sebuah perusahaan ritel AS terbesar untuk kategori pakaian dalam wanita, yang membuat gaya penggunaan pakaian dalam menjadi pusat perhatian dan meningkatkan tren loyalitas atau kesetiaan dalam menggunakan suatu merek pakaian. Di samping itu, gerai ritel lainnya seperti department store atau pusat belanja juga mulai masuk ke pasar, dengan aktivitas para pelanggan yang mulai aktif untuk membeli dari penjual di internet.

Di Cina, pasar pakaian dalam telah melebihi angka 16 miliar dolar sejak tahun 2010. Terdapat 20 persen pertumbuhan pasar yang terjadi setiap tahunnya. Di sana, pasar pakaian dalam telah mengalami ekspansi yang cepat, dengan lebih dari 10 ribu produsen telah beroperasi di seluruh daratan Cina. Delta Sungai Yangtze dan Delta Sungai Mutiara menjadi kawasan yang menunjukkan pertumbuhan yang paling cepat terjadi di dunia.

Sejarah

"Setiap pakaian memiliki tujuan yang efektif, tetapi juga dapat menjadi sarana pesan, atau memiliki arti khusus: pakaian dalam juga memiliki dan selalu memiliki nilai ganda ini," tulis Laura Paleari membuka isi dari artikelnya di The Italian Rêve, sebuah merk majalah daring independen asal Italia yang dibangun untuk mereka yang menggemari sesuatu di luar sana.

Paleari menjelaskan bahwa bentuk pertama dari pakaian dalam telah dibuktikan ada di era Mesir kuno. Meski begitu, perkembangan dari pakaian dalam terjadi selama kekuasaan Romawi yang berlangsung di negara Si Biru Gli Azzuri, Italia, dari tahun 31 sebelum Masehi hingga tahun 476 Masehi.

Di kehidupan masyarakat Romawi, perawatan serta pembersihan tubuh agar mendapatkan hasil yang maksimal seperti tubuh yang kencang dan bugar telah menjadi bagian yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari. Sehingga oleh karena itulah wanita di zaman itu mulai memakai bra. Saat itu, peragaan tubuh perempuan menjadi sarana untuk menunjukkan sekaligus menekankan betapa unggulnya peradaban mereka.

Selanjutnya, di Abad Pertengahan yang berlangsung dari abad ke-5 sampai ke-15, tampaknya pakaian dalam yang sedang populer pada saat itu adalah brache, sebuah celana dalam yang disediakan untuk pria. Meski begitu, Paleari menyebutkan bahwa pengetahuan tersebut berasal dari sumber yang tidak pasti. Sementara itu, wanita di periode yang sama biasanya memakai pakaian dalam hanya pada saat mensturasi. "Itu terdiri dari semacam pembalut purba atau bahkan musk (Wikipedia menyebutnya sebagai wewangian dari rusa kesturi. Tetapi mungkin merujuk pada pakaian dari kulit rusa kesturi) untuk 'menghentikan' darah," jelas Paleari.

Penggambaran Abad Pertengahan
Aktivitas penggunaan celana dalam di Abad Pertengahan. Medievalists.net menyebutnya sebagai braies dan itu mungkin merujuk ke brache yang telah dijelaskan oleh Paleari. (Medievalists.net)

Praktik tersebut umum terjadi di wanita-wanita aristokrat (golongan bangsawan), karena wanita yang kurang kaya tidak mampu membeli pakaian itu. Tetapi karena kondisi kekurangan gizi dan kualitas kebersihan yang buruk, jadwal menstruasi mereka menjadi sangat tidak teratur dan menyebabkan mereka memasuki fase menopause sebelum waktunya. Berdasarkan Alodokter, menopause merupakan fase berakhirnya siklus menstruasi secara alami yang biasa terjadi di wanita berumur 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita bisa dikatakan telah berada di fase menopause bila tak lagi mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut.

Lanjut di periode Renaisans (abad ke-14 hingga ke-17), generasi pertama dari pakaian, kemeja, dan celana dalam sepanjang lutut untuk semua jenis kelamin melakoni debutnya. Kehadiran benda-benda tersebut dibarengi dengan kelahiran garter, yang merupakan sebuah aksesoris yang digunakan oleh pria untuk menahan stoking atau kaus kaki tipis (umumnya panjang) mereka. Namun, ketika garter mulai dikenakan oleh wanita, alat tersebut seketika aktif digunakan untuk merayu seseorang dan mulai dihiasi dengan berbagai variasi pita serta perhiasan.

Kemudian dari tahun 1500-an hingga 1900-an, pada saat itu lingerie wanita berupa seperangkat pakaian dengan struktur ketat yang dirancang untuk membentuh dan mengubah tubuh sehingga sesuai dengan standar kecantikan dan sosial tertentu. Seperti misalnya, korset yang hingga hari ini digunakan untuk tujuan kesehatan, awalnya lahir dengan tujuan memuaskan estetika. Selama berabad-abad, korset memperoleh berbagai bentuk dan ukuran untuk beradaptasi dengan standar berpakaian yang berubah.

Menurut Paleari, tahun 1900-an merupakan era di mana terjadinya perubahan paling utama dan paling mendadak tentang pakaian wanita. Salah satu tokoh penting yang tak bisa dipisahkan dari perubahan ini adalah Caresse Crosby, seorang aktivis, penerbit, dan penulis asal Amerika Serikat yang menemukan bra seperti yang kita kenal saat ini.

Paleari mengungkapkan, bahwa sekarang, pakaian dalam wanita yang alami lebih disukai. Penggunaan pakaian dalam wanita saat ini telah melalui bea cukai dengan pakaian dalamnya itu sendiri yang lebih inklusif (terbuka ke siapa saja) dan semakin bebas (merujuk ke kebebasan penggunaan dan variasi) bersamaan dengan bahannya yang lembut, segar, dan tersedianya opsi untuk memilih penggunaan bahan serat organik atau berkelanjutan. Di samping itu, segala hal yang berkaitan dengan pakaian dalam lingerie mulai tak lagi disembunyikan, melainkan dipamerkan di berbagai acara-acara pameran pakaian. Bahkan, mulai ada lingerie yang dibuat untuk mengatasi menstruasi, bersamaan dengan hadirnya pembalut dan tampon (pembalut berbentuk silinder berbahan kapas yang lembut) yang ramah lingkungan serta berbagai jenis pakaian dalam dengan segudang inovasi.

"Hari ini, pakaian dalam akhirnya dibersihkan melalui bea cukai, dan itu dapat dipahami sebagai sarana untuk mengekspresikan kepribadian, sensualitas (tentang fisik), dan kreativitas seseorang dengan cara yang dipersonalisasi. Pada kenyataannya, kita masing-masing merasa nyaman dan seksi dengan cara yang berbeda dan dengan pakaian yang berbeda."

Daftar Pustaka

Komentar